Guruku mengaji pernah berkata, jangan menyebut nama Tuhan di tempat membuang hajat.
Kemudian aku juga tau, bahkan untuk melangkah masuk pun kita panjatkan doa agar terlindung dari salah satu jenis makhluk-Nya yang dulu berkhianat dan terlaknat. Karena di sanalah tempat mereka beranak pinak.
Lalu bagaimana Engkau akan menghukumiku? Bilik sempit itu satu-satunya pelarianku atas rutinitas ini. Tempat menumpahkan yang tertahan--dan ku tahan sampai paling tidak pukul enam.
Di situ aku menyebut asma-Mu, karena tanpanya aku tidak akan mungkin sanggup untuk keluar, duduk manis menjalin kata demi kata ini. Tanpa-Mu, dari mana asal senyum yang baru saja ku ulas kepada atasanku.
Jadi bagaimana, Tuhan?
(masih) Bolehkah aku menyebut nama-Mu?
Kemudian aku juga tau, bahkan untuk melangkah masuk pun kita panjatkan doa agar terlindung dari salah satu jenis makhluk-Nya yang dulu berkhianat dan terlaknat. Karena di sanalah tempat mereka beranak pinak.
Lalu bagaimana Engkau akan menghukumiku? Bilik sempit itu satu-satunya pelarianku atas rutinitas ini. Tempat menumpahkan yang tertahan--dan ku tahan sampai paling tidak pukul enam.
Di situ aku menyebut asma-Mu, karena tanpanya aku tidak akan mungkin sanggup untuk keluar, duduk manis menjalin kata demi kata ini. Tanpa-Mu, dari mana asal senyum yang baru saja ku ulas kepada atasanku.
Jadi bagaimana, Tuhan?
(masih) Bolehkah aku menyebut nama-Mu?